Nusawarta.id – Puasa diwajibkan bagi orang Islam dengan mencukupi rukunnya; berniat dan menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa.
Niat puasa ramadhan wajib dikerjakan sebelum fajar sebagaimana dalil yang menjelaskan tentang niat puasa Ramadhan wajib dilakukan pada malam hari adalah hadist Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai berikut:
مَنْ لَمْ يَجْمَعِ الصِّيَامَ قَبْلَ اْلفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
Artinya; “Siapa yang tidak membulatkan niat mengerjakan puasa sebelum waktu fajar, maka ia tidak berpuasa,”
(Hadits Shahih riwayat Abu Daud: 2098, al-Tirmidz: 662, dan al-Nasa’i: 2293).
Sebelum waktu fajar berarti dimulai dari waktu setelah solat isyak sampai fajar (waktu subuh). Pada hakikatnya semua amal ibadah bisa diterima jika dibarengi dengan niat. Khusus puasa Ramadhan niat dikerjakan tidak bersamaan atau dikerjakan dimalam hari sampai sebelum fajar, baru berpuasa dari waktu fajar sampai terbenamnya matahari.
Niat Puasa Ramadhan sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihissanati lillāhi ta‘ālā
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.
Hukum Bagi Orang Yang Lupa atau Niat Setelah Fajar
Jumhur ‘ulama bersepakat niat puasa wajib dikerjakan setiap hari diwaktu malam. Tiada seorangpun dikatakan berpuasa jika lupa niat ataupun berniat di saat fajar. Jadi, niat pada saat fajar puasanya tidak sah.
Namun untuk seseorang yang mengalami lupa dan bangun kesiangan dianjurkan untuk niat sebulan penuh dengan mengikuti pendapat Imam Malik.
Penjelasan Imam al-Qulyubi dalam kitab fiqih;
وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِي يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيهِ مَثَلًا لِأَنَّهَا عِنْدَهُ تَكْفِي لِجَمِيعِ الشَّهْرِ
Artinya; “Disunahkan pada malam pertama bulan Ramadhan untuk niat berpuasa mengambil sebulan penuh, mengambil manfaat dari puasa, pendapat Imam Malik pada suatu hari ia lupa untuk berniat di dalamnya. Karena beliau menganggap niat tersebut mencukupi bila lupa niat pada malam-malam berikutnya di semua malam Ramadhan.” (Hasyiyah Al-Qulyubi, II/66)
Pendapat Malikiyyah ini cukup untuk menjamak (mengumpulkan) niat puasa sebulan di malam pertama bulan Ramadhan.
Niat Puasa Sebulan Penuh;
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma jami’i syahri ramadhani hadzihis sanati taqlidan lil imami Malik fardhan lillahi ta’ala
Artinya, “Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah.”
Pendapat Madzhab Malikiyah tersebut diperkuat salah satu tokoh pesantren dari Kediri Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo KH A Idris Marzuqi di dalam karyanya Sabil al-Huda yang berisikan himpunan wadhifah dan amaliyah.
Menjaskan:
“Untuk berjaga-jaga agar puasa tetap sah ketika suatu saat lupa niat, sebaiknya pada hari pertama bulan Ramadhan berniat taqlid (mengikut) pada Imam Malik yang memperbolehkan niat puasa Ramadhan hanya pada permulaan saja. Dan adanya cara tersebut bukan berarti membuat kita tidak perlu lagi niat di setiap harinya, tetapi cukup hanya sebagai jalan keluar ketika benar-benar lupa,” (KH. A. Idris Marzuqi, Sabil al-Huda, hal. 51).
Pendapat tersebut berbeda menurut tiga madzhab fiqih Hanafiyyah, Syafi’iyah dan Hambaliyah yang mewajibkan mengulangi niat di setiap kali puasa dimalam hari. Meskipun niat sebulan Ramadhan dianggap cukup menurut madzhab Malikiyah, namun tetap ditekankan niat puasa pada umumnya wajib diniatkan dimalam hari setiap waktu. Wallahu ‘Alam Bishhowab (Mr/red).
