Nusawarta.id – Kalimantan Timur. Pada 24 Februari 2024 yang lalu, telah terjadi penangkapan 9 petani sawit di Pantai Lango oleh aparat Polda kaltim. Petani yang tergabung dalam kelompok tani Saloloang tersebut dituding menghalangi proses berjalannya pembangunan bandara VVIP Ibu kota Nusantara (IKN).
Kasus ini bermula dari Kelompok Tani Saloloang yang sedang berbincang-bincang terkait dengan aktivitas penggusuran lahan dan polemik pembangunan Bandara VVIP. Saat mereka sedang berdiskusi di toko warga sekitar, terlihat Kapolsek Penajam melintas dengan alasan hanya jalan-jalan saja.
Tak lama kemudian, sekitar tujuh mobil yang diduga berasal dari Polda Kaltim datang dan langsung melakukan penangkapan. Kejadian itu terjadi tanpa menunjukkan surat tugas penangkapan.
Anton Lewi, Kamaruddin, Ramli, Rommi Rante, Piter, Sufyanhadi, Muhammad Hamka, Daut, dan Abdul Sahdan merupakan 9 petani sawit yang menjadi korban penangkapan aparat Kepolisian.
Tindakan kepolisian itu memicu kemarahan publik. Salah satu perwakilan mahasiswa, Habib Fajar selaku Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Samboja (HIMASJA) Kutai Kartanegara (Kukar) mengungkapkan kekecewaannya atas kejadian tersebut.
“Kami HIMASJA Kukar sangat menyayangkan dan mengecam tindakan Polda kaltim terkait penangkapan 9 petani sawit di Pantai Lango Penajam Paser Utara,” ucap Fajar kepada awak media.
Tak lupa, Habib Fajar pun turut mengingatkan atas kejadian yang terjadi di Seruyan Kalimantan Tengah agar kejadian serupa tidak terjadi di Kalimantan Timur.
“Yang Kapolda Kaltim serta jajarannya telah lakukan sudah membuat masyarakat geram, karena tiba-tiba melakukan penangkapan. Jangan sampai penembakan oleh oknum aparat di daerah Seruyan kembali terjadi di Kalimantan Timur,” terang Fajar.
Peristiwa ini tentunya menyita perhatian masyarakat, khususnya pemuda yang bergerak dalam dunia aktivis. Mereka menuntut dibebaskannya 9 Petani Saloloang yang ditangkap.
Menurut info yang beredar, mereka mendapat tuduhan terkait dengan menahan alat berat dan membawa senjata tajam. Padahal warga tersebut berprofesi sebagai petani yang otomatis membawa alat berkebunnya seperti parang. (Red)