Bali Sambut World Water Forum, Ini Sejarah WWF dari Masa ke Masa

  • Bagikan

Nusawarta.id – Jakarta. World Water Forum ke-10 yang akan diselenggarakan di Bali, Indonesia pada tahun 2024 diharapkan menjadi momen penting untuk meningkatkan kolaborasi global dalam memecahkan tantangan air yang semakin kompleks. Dengan tema “Water for Shared Prosperity“, forum ini menekankan pentingnya kerjasama untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi semua.

Presiden Joko Widodo dan tim Kabinet Indonesia Maju baru saja menggelar rapat terbatas untuk menyiapkan World Water Forum ke-10 yang akan berlangsung di Bali pada 19-20 Mei 2024. Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, memastikan bahwa persiapan acara ini telah memasuki tahap akhir.

“Kami telah menyelesaikan persiapan terakhir untuk World Water Forum di Bali. Ini adalah kesempatan penting bagi pemimpin global dan ahli air untuk berdiskusi tentang keberlanjutan air di seluruh dunia,” ujar Menko Luhut dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (30/04/2024).

Dia juga menyatakan optimisme tinggi mengenai partisipasi, dengan 14 kepala negara dan sekitar 50 ribu peserta diharapkan hadir. “Sandiaga Uno bahkan sudah senang karena semua hotel sudah penuh,” tambahnya.

Selain menjadi wadah dialog global, forum ini dianggap sebagai kesempatan emas bagi sektor pariwisata Indonesia. Oleh karena itu, persiapan logistik, wilayah, dan keamanan juga menjadi prioritas utama.

Sejarah World Water Forum dari masa ke masa

Perhatian dunia terhadap isu-isu air telah berkembang secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Sebagai tanggapannya, World Water Forum menjadi platform penting untuk memperkuat kesadaran global dan tindakan konkret terkait pengelolaan air yang berkelanjutan.

Dimulai dengan laporan penting dari Komisi Brundtland pada tahun 1987, yang menekankan pentingnya pembangunan berkelanjutan, perhatian terhadap air terus bertambah. Konferensi Dublin pada tahun 1992 menjadi titik awal bagi diskusi mendalam tentang isu-isu air dan lingkungan.

Baca Juga  Presiden Prabowo dan Presiden Turki Erdogan Sepakati 13 Kerja Sama, Berikut Isinya

Pada tahun-tahun berikutnya, kesadaran akan urgensi kerjasama internasional dalam mengatasi masalah air semakin meningkat. Terjadinya bencana alam seperti kekeringan, banjir, dan pencemaran air memperjelas pentingnya tindakan koordinatif di tingkat global.

Didirikannya World Water Council (WWC) dan Global Water Partnership (GWP) pada tahun 1996 menandai langkah penting dalam upaya mengatasi tantangan air global. Dua organisasi ini memainkan peran kunci dalam memfasilitasi dialog internasional dan menggerakkan aksi konkret.

Pada tahun 1997, Marrakesh, Maroko, menjadi tuan rumah bagi World Water Forum (WWF) pertama. Dalam forum ini, 400 peserta berkumpul untuk menghadapi tantangan krisis air global. Hasilnya, Deklarasi Marrakesh lahir, memberikan mandat kepada World Water Council (WWC) untuk merumuskan “Visi Air Dunia” untuk abad ke-21. Langkah ini menjadi tonggak penting menuju solusi krisis air.

Tidak lama setelahnya, pada tahun 2002, Den Haag, Belanda, menjadi lokasi World Water Forum ke-2. Lebih dari 5.700 peserta dari 130 negara hadir dalam forum ini. Diskusi utamanya mencakup “Visi Air Dunia” dan rencana tindakan terkait. Pencapaian signifikan adalah usulan pembentukan tim pemantau untuk mengevaluasi upaya global dalam penanganan air dan melaporkannya pada forum berikutnya.

Kyoto, Jepang, menjadi tuan rumah World Water Forum ke-3 pada tahun 2003. Dengan peserta lebih dari 24.000 orang dari 170 negara, forum ini menjadi salah satu yang paling menghadirkan perwakilan internasional. Pusat diskusi adalah laporan “Tindakan Air Dunia”, menganalisis ribuan tindakan lapangan dalam menangani tantangan air. Inisiatif seperti “Forum Air Virtual” dan “Suara Air” memperkuat keterlibatan pemangku kepentingan dalam menangani isu ini.

Pada tahun 2006, Mexico City menjadi tempat World Water Forum ke-4. Hampir 20.000 peserta dari 140 negara turut serta dalam diskusi. Fokus utamanya adalah meningkatkan akses terhadap air dan sanitasi, serta memperbaiki mekanisme pembiayaan. Hasilnya adalah dorongan besar dalam mendorong dialog dan aksi nyata dalam menangani tantangan air global.

Baca Juga  Gabung BRICS, Fraksi Gerindra DPR RI: Wujud Sejati Politik Bebas Aktif Indonesia

Selanjutnya, pada tahun 2009, Istanbul, Turki, menjadi tuan rumah bagi World Water Forum ke-5. Lebih dari 30.000 peserta hadir dalam forum ini, dengan lebih dari 400 organisasi ikut berkontribusi. Inisiatif seperti “Audiensi Negara” dan “Panduan Air” memperkuat keterlibatan pemangku kepentingan dalam merumuskan solusi bagi isu air yang semakin mendesak.

Di Marseille, Perancis, pada tahun 2012, World Water Forum ke-6 mengusung tema “Waktunya untuk Solusi”. Lebih dari 35.000 peserta dari 173 negara berkumpul untuk membahas masalah air. Forum ini menampilkan lebih dari 250 sesi diskusi, dengan fokus pada pengembangan pendekatan solusi yang inovatif.

Pada tahun 2015, Daegu-Gyeongbuk, Korea Selatan, menjadi tuan rumah bagi World Water Forum ke-7. Lebih dari 40.000 peserta dari 168 negara turut serta dalam konferensi ini, menjadikannya yang terbesar dalam sejarah. Inisiatif seperti “Pekan Air” mendorong kerjasama lintas-batas dalam menangani tantangan air global.

Brasilia, Brasil, menjadi tuan rumah World Water Forum ke-8 pada tahun 2018. Acara ini menempatkan air sebagai prioritas utama dalam agenda politik dan sosial. Dengan lebih dari 109.000 pengunjung, forum ini menjadi yang terbesar hingga saat ini, menegaskan komitmen global dalam menangani isu air.

Pada tahun 2022, Dakar, Senegal, menjadi tuan rumah bagi World Water Forum ke-9. Tema “Keamanan Air untuk Perdamaian dan Pembangunan” memandu diskusi lebih lanjut tentang cara mengatasi tantangan air dan sanitasi di seluruh dunia. Acara ini menjadi titik awal bagi upaya bersama dalam mencapai tujuan air global.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *